Menjadi penulis itu perlu "proses". Bukan sesuatu yang instan. Voila! Langsung jadi.
Kita tidur, mimpi menulis buku best seller, lalu waktu bangun bisa langsung menulis. Maka, jadilah kita penulis.
Eh, adakah yang seperti itu?
Pada awalnya, mungkin karena kita suka sekali membaca. Membaca apa
saja. Membaca buku, majalah, surat kabar bekas, potongan tulisan bekas
bungkus cabe, papan iklan di jalan *itu sih saya :p Hahaha*
Lalu, muncul keinginan untuk menulis. Kayaknya asyik kalau saya jadi penulis dan tulisan saya dibaca orang lain.
Mungkin berawal dari menulis di lembaran paling belakang buku tulis, menulis diary, teruuuus.
Lalu, mulailah kita membuat tulisan pendek--cerpen atau puisi. Kemudian terus meningkat dan berlanjut.
Hingga pada akhirnya, kita mengenali "suara kita" dalam tulisan itu. Ya, kita telah menemukan ciri khas kita.
Setelah itu, mungkin kita masih memerlukan waktu beberapa tahun lagi
untuk teruuuus berproses menjadi penulis. Mencoba lalu gagal! Mencoba
lagi dan mendapatkan penolakan!
Pahit? Ya! Kapok? Tentu tidak! Ah, semoga saja tidak.
Jadi, kalau saat ini kita merasa proses itu masih jauuuuh. Saya
katakan, proses itu tidak akan pernah ada ujungnya. Seorang penulis yang
baik adalah seorang pembelajar sejati.
Dia harus terus belajar dari pengalaman--diri sendiri maupun orang lain. Belajar dari bacaannya. Belajar dari mana saja.
Kalau saat ini tembok kegagalan dan kejenuhan yang kita temukan. Maka,
percayalah di balik tembok itu ada keberhasilan dan kesenangan yang akan
kita dapatkan.
Tetapi, pilihan ada di tangan kita. Mau terus berjalan, atau berhenti?
Panjang sekali yak tulisan saya?
Padahal saya hanya ingin mengatakan, nikmati saja prosesmu.
Salam semangat!
Aku menulis karena cinta. Penghargaan mungkin akan menguatkan. Tetapi kritik dan hambatan takkan menyurutkan.
Labels
Bukuku
(14)
Catatan
(2)
catatan bunda
(1)
Info Jepang
(2)
Info Penerbit
(14)
kemandirian anak
(1)
Kiat Menulis
(6)
mendidik anak
(1)
Neysa
(1)
ode
(1)
parenting
(1)
pendidikan anak dalam Islam
(1)
resensi
(3)
review bacaan
(1)
ripazly
(1)
Sharing Menulis
(1)
Tips Menulis
(3)
Showing posts with label Tips Menulis. Show all posts
Showing posts with label Tips Menulis. Show all posts
Sunday, 13 April 2014
Tuesday, 10 May 2011
Tentang Seting
Seting adalah sebuah tempat atau suatu masa tertentu, dimana sebuah kisah terjadi. Misalnya, saat ini saya berada di Jepang. Maka setingnya adalah Jepang, 2011. Kita bisa mengatakan itu dengan gamblang dan singkat. Namun, ada baiknya seting itu kita tunjukkan pada pembaca. Show don't tell. Menjadi begini, misalnya. Sakura sudah usai berbunga. Kini bunga itu berserakan, melayang riang dicandai angin. Dramatis. Dari uraian ini, pembaca bisa menyimpulkan bahwa tokoh sedang berada di negeri sakura.
Apakah seting itu penting dalam sebuah tulisan?
Ayo, siapa yang mengatakan seting tidak penting?
Secara sederhana, pentingnya seting bisa diungkapkan dalam rumus : Seting = Tokoh = Plot.
Dari tempat, terbentuklah tokoh, dari motif yang dimiliki tokoh bisa muncul sebuah plot.
Jadi...sudah menentukan seting cerita dalam tulisanmu?
Anggaplah kastil ini menjadi seting tulisanmu
Tulisan seperti apa yang akan lahir dari seting ini?
Coba yuk...
Sumber Ide untuk Menulis
Dari manakah ide sebuah tulisan itu datang? Mungkin masing-masing penulis mempunyai jawaban yang berbeda. Namun, sebagian besar penulis ternama menyimpulkan, sumber terbaik sebuah tulisan adalah pengalaman. Pengalaman di sini tidak harus selalu pengalaman pribadi. Kita juga bisa mengambilnya dari pengalaman orang lain.
Nikolai Gogol ketika menulis karyanya yang terkenal "Overcoat", menuliskan kisah ini berdasarkan sebuah lelucon yang didengarnya pada sebuah jamuan makan malam. Tentang pengalaman seorang lelaki yang sudah bertahun-tahun menabung untuk membeli senjata. Ketika senjata itu berhasil dibeli, langsung hilang dicuri orang.
Hmm...sesuatu yang sederhana ya. Karena itu, seorang yang punya keinginan menjadi penulis, WAJIB merekam seluruh pengalaman dan pengetahuannya. Tulis apa yang didengar, dirasakan, dialami. Siapa tahu, suatu saat rekaman catatan itu kita perlukan saat menulis sebuah karya.
Pengalaman itu darimana saja asalnya?
1. Yuk, coba gali dari masa kecil. Nah, ini contohnya banyak kan? Misal pengalaman Andrea Hirata di masa kecil menjadi Tetralogi Laskar Pelangi.
2. Carilah dari sejarah kehidupan masa lalu.
3. Carilah dari buku atau bahan bacaan yang kita baca. Karena itu, seorang penulis haruslah menjadi orang yang gila membaca apa saja, selagi itu bermanfaat dan membawa pengetahuan baru.
Nah...yuk berlatih sama-sama. Sekarang nggak boleh lagi ada alasan mati ide :)
Menemukan ide baru, ketika melihat foto ini?
Yuk...silahkan ditulis
Subscribe to:
Posts (Atom)