Tuesday 10 May 2011

Catatan Pinggir Tentang Bukuku

     Tahun 2010, kujadikan tahun "pemanasan" untuk kembali menulis setelah lama sekali aku mati suri. Keasyikan menekuni the other side of me (halah) yaitu jadi pedagang. Berbagai tawaran menulis antologi dan lomba kuburu dan kuikuti. Sering juga aku mati ide, bengong, heuheu...tapi tetep aku ngotot kudu nulis.
     Gagal...huaaa banyak banget.
     Berhasil...ada sih.  Bisa dihitung dengan jari tangan doang. Whehehe...
    Nah...salah satu tawaran nulis yang coba-coba kuikuti adalah dari Dewan Kesenian Mojokerto ini.  Katanya buku akan diluncurkan pada Festival Bulan Purnama Majapahit.  Wow !  Karena waktu mepet, aku kirim aja 2 puisiku. Lupa...puisi yang mana dududu...
 Ini cover buku Antologi Puisi
Festival Bulan Purnama Majapahit
Trowulan, 2010
   
  Eh, suatu hari...dari teman-teman di facebook aku tahu kalau bukunya sudah diluncurkan.
Lha? Karena aku gak dikabari apa-apa oleh panitia aku pikir puisiku gak lolos. Tapi, konon katanya lolos...
     Beneran???
     Well...Alhamdulillah senang, sekaligus mengelus dada...
     Perasaanku campur aduk, kayak baru melahirkan anak, tapi gak sempat liat anaknya. Si anak udah dibawa orang. Gak bisa ngelus, nyapa, kasih nama.Hiksss...Si buku ini, dibandrol dengan harga 100.000 dan kalo penulisnya mau juga kudu beli.
      Aku sih gak meributkan masalah itu, tapi paling tidak penulisnya seharusnya disapa via email. Tok-tok...tulisan Anda masuk antologi ini. Mau ikut beli atau tidak? Hm...ini beneran jadi pengalaman berharga.
     Tadi saat aku merapikan file tulisan di laptop, tanpa sengaja menemukan puisi ini. Sepertinya, puisi pendek inilah yang aku kirimkan saat itu. Karena di bawah puisinya aku beri catatan kecil DKMJ. Puisi yang kedua, belum ketemu :)

Lirih Rindu

Nurul Asmayani


Sekilas, aku bisa merasakan getar rindu itu
Dari kata-kata lirihmu
Sungguh telak menghantam jantungku
Hingga beberapa jenak aku hanya mampu terdiam membisu
Mataku perlahan berkabut

:Kau tahu rasanya jadi ibu ?
Bahagia, cemas, dan sedih menjadi satu
Aku masih diam

:Bahagia, ketika satu persatu mereka lahir meramaikan hari-hariku
Sungguh cemas, ketika waktu perlahan terus merambat
Dan mereka sering menjelma menjadi orang asing di hadapanku
Lalu…
Ketika usiaku makin senja
Mereka semua pergi membangun istananya
Dan aku seringkali lupa mereka sapa

Kembali aku tertunduk
Teringat bundaku yang nun di sana

Uang dan barang yang mereka kirimkan
Ah, aku tak minta itu
Yang kuinginkan mereka, bukan benda

:Kau tentu tahu perasaan seorang ibu
Aku masih tertunduk
:Walau hanya sekedar sapa sesaat
sungguh itu mampu memupus rinduku pada mereka
Lirih rindu itu kini menyirami hatiku



:untuk ibuku yang selalu merindui anak dan cucunya

No comments:

Post a Comment